Memudarnya Sifat Malu

Menjadi wanita muslimah merupakan suatu kebanggaan. Di antara sebab kebanggaan itu karena Islam sangat memerhatikan kehormatan dan kemuliaan seorang wanita muslimah. Namun, banyak di antara muslimah yang terjatuh dalam menunjukkan kebanggaan ini. Yang paling miris yakni semakin memudarnya rasa malu di kalangan muslimah.

Malu dari segi bahasa (al-hayâ’) dalam At-taufiq ‘ala Muhimmat at-Ta’arif disebutkan bahwa malu adalah menahan diri dari melakukan sesuatu dengan alasan takut akan celaan dari orang lain.

Sedangkan berdasarkan KBBI, malu adalah merasa sangat tidak enak hati karena berbuat sesuatu yang kurang baik. Sifat malu merupakan salah satu akhlak yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Malu merupakan bagian dari keimanan.” (HR. Muslim No. 161)

Begitu pentingnya memiliki rasa malu sehingga disebutkan bahwa malu merupakan bagian dari keimanan. Terlebih bagi muslimah, yang merupakan sebaik-baik perhiasan. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah.” (HR. Muslim No. 1467)

Layaknya perhiasan, tentunya ia tidak disimpan sembarangan dan akan dijaga sebaik mungkin dari hal-hal yang dapat menodainya. Namun, bagaimanakah kondisi muslimah saat ini?

Banyak dari muslimah saat ini yang masih mengumbar aurat, tabarruj, bermudah-mudahan dalam bergaul dengan lawan jenis hingga bangga memamerkan kemaksiatan yang nampaknya sudah menjadi hal biasa dan bahkan dianggap tren oleh sebagian kalangan muslimah. Tentunya hal ini terjadi karena memudarnya sifat malu dalam diri.

Mengumbar aurat bagi muslimah sudah lazim di zaman ini. Entah di dunia nyata maupun dunia maya. Bermunculan baik disengaja dan tak disengaja. Hal ini sangat disayangkan mengingat sudah sangat jelasnya Islam mengatur masalah aurat muslimah. Salah satunya dalam surat Ahzab ayat 59.

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

“Wahai Nabi (Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Berdasarkan ayat di atas, seorang muslimah diperintahkan untuk menutupi seluruh tubuhnya. Jika kita lihat kondisi yang serba modern sekarang, tentu kain amatlah mudah didapatkan, ingin puluhan bahkan ratusan meter pun bisa. Namun anehnya, masih banyak yang lebih memilih mengenakan kain setengah-setengah hingga menampakkan apa yang mestinya ditutupi.

Belum lagi saat dengan bangganya sengaja mempublikasikan ke sosial media wajah cantik yang telah dipoles sedemikian rupa, dengan outfit perpaduan berbagai warna. Hingga puluhan bahkan jutaan mata melihat dengan bebasnya. Sedangkan dalam Islam melarang akan hal ini. Sesuai dalam surat An-Nur ayat 31.

وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا

“Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”

Pertanyaannya adalah, tidakkah rasa malu itu muncul apabila mata yang tak berhak malah diberi hak?

Kondisi yang juga lazim di zaman ini adalah muslimah dalam bergaul dengan lawan jenis. Bocengan sana sini, hingga menyentuh lawan jenis dianggap hal yang biasa. Bukan hanya di dunia nyata, tentunya juga merambah dunia maya. chattingan, video call dengan lawan jenis. Maka tak heran jika hampir setiap hari kita dapati kabar kasus pelecehan, karena semakin hari batasan dan adab pergaulan ini semakin kurang diperhatikan bahkan diabaikan.

Berbagai kondisi diatas tentunya dapat dibenahi dengan adanya rasa malu di dalam diri. Betapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan muslimah perlindungan dan penjagaan yang luar biasa demi kehormatan dan kemuliaan. Maka hiasilah diri dengan sifat malu. Berusahalah menjadi qudwah (panutan) bagi sesama muslimah.

Penulis: Nur Annisa
(P2M IPMI Daerah Maros Prd. 2023)
Editor: Rezki Novela
(Koord. INFOKOM IPMI Kendari Prd. 2023)


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *