Wanita merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki banyak keistimewaan. Keistimewaan tersebut merupakan sebuah karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menjaga dan memuliakan seorang wanita.
Ia bagaikan mutiara dalam kerang di dasar laut, terpelihara kehormatannya dan amat mulia harga dirinya.
Namun sayang, saat ini marak kita saksikan kejadian yang mengiris hati. Dimana banyak wanita tidak malu mengumbar auratnya, menggunakan pakaian yang tipis dan membentuk lekukan tubuhnya.
Mereka suka berhias dengan perhiasan yang mencolok di depan orang yang bukan suaminya, memakai wewangian ketika keluar rumah, berjalan berlenggak-lenggok bahkan bergandengan tangan dengan yang bukan muhrimnya.
Fenomena ini menandakan bahwa wanita saat ini tidak memahami fitrahnya sebagai seorang muslimah. Mereka tidak menyadari betapa berharganya dia dan betapa Allah Ta’ala sangat menjaga dan memuliakannya, sehingga banyak kaum wanita yang merendahkan dirinya dengan menanggalkan rasa malu yang ada pada dirinya.
Sementara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menerangkan dalam sabdanya, bahwasanya:
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.”
(HR. Ibnu Majah no. 4181. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Adapun sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang lain,
اَلْـحَيَاءُ وَ اْلإِيْمَانُ قُرِنَا جَمِـيْعًا ، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ اْلاَ خَرُ.
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya diangkat maka yang lain pun akan terangkat.
(HR. Al Hakim dalam Mustadroknya 1/73. Al Hakim mengatakan sesuai syarat Bukhari Muslim, begitu pula Adz Dzahabi)
Dari hadits di atas, sangatlah jelas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengatakan rasa malu adalah akhlak Islam yang harus dimiliki oleh seorang muslim, terkhusus kaum wanita.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaan wanita. Dengan rasa malu ia akan dihormati dan dimuliakan. Selain itu, rasa malu dan iman adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Saya pernah membaca sebuah kisah, dalam buku “Wanita Dirindu Surga” karya Dr. Musthafa Murad.
Dimana ada seorang sahabat wanita yang mulia, sabar dan senantiasa menjaga auratnya agar tidak terlihat. Dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan berkata,
“Aku menderita penyakit epilepsi dan auratku tersingkap jika penyakitku kambuh, maka berdoalah kepada Allah untuk (kesembuhan) saya,” katanya.
Lalu beliau bersabda, “Jika kamu mau bersabar maka kamu akan mendapat surga. Tapi jika kamu mau, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menyembuhkan penyakitmu.”
Wanita itu menjawab, “Aku akan bersabar,” lalu ia berkata lagi, “Namun auratku tersingkap (ketika ia kambuh), maka doakanlah agar auratku tidak sampai tersingkap.”
Maka Rasulullah mendoakannya.
Dia adalah seorang wanita berkulit hitam yang mengidap penyakit epilepsi dimana ketika penyakit itu kambuh maka auratnya akan tersingkap dan orang-orang akan melihatnya.
Tapi ia tidak rela, ia tidak ingin ada seorangpun yang melihat auratnya sehingga ia meminta doa dari Rasulullah agar aurat tubuhnya tidak terlihat.
Bisa saja ia berkata, “Siapakah yang akan melihat wanita hitam sepertiku.” Tapi karena keimanan yang dalam ia malu jika auratnya dilihat oleh orang lain.
Kisah sahabat wanita yang mulia ini dapat dijadikan sebagai teladan untuk para muslimah saat ini yang senang sekali memamerkan auratnya, bahwa bersyukurlah atas nikmat kesehatan yang Allah Ta’ala limpahkan untuk kita.
Senantiasalah bersabar dengan kejadian yang menimpa kita dan berpeganglah dengan hijab syar’i sebagaimana perintah Allah Ta’ala untuk kita (kaum wanita) untuk menutup aurat.
Sebagaimana dalam Qur’an Surah An-Nur ayat 31,
وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ
“… Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya,…”
Juga firman Allah yang terdapat pada Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 59,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ ٱلْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَٰبِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ
وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hijab adalah salah satu bentuk penjagaan Allah Ta’ala untuk kita. Hijab bukanlah bentuk pengekangan ataupun membatasi pergerakan seorang muslimah sebagaimana yang disuarakan kaum wanita saat ini.
Hijab juga bukan bentuk keterbelakangan. Hijab adalah identitas seorang wanita muslimah.
Ketahuilah wahai muslimah…
Bahwa kecantikan yang kalian banggakan saat ini akan memudar, keelokan tubuh yang kalian pamerkan saat ini akan menjadi jasad yang tak berguna nanti.
Semua yang kalian lakukan demi sebuah “ketenaran” akan sia-sia, sebab kelak di akhirat semua itu tidaklah berguna.
Jangan buang waktumu dengan sesuatu yang sia-sia. Manfaatkanlah waktumu di dunia ini untuk berbuat kebaikan.
Wahai muslimah, peliharalah rasa malu dalam dirimu, karena Allah Ta’ala telah menjadikan rasa malu sebagai mahkota kemuliaanmu.
Rasa malu yang ada dalam diri akan mencegah kita dalam melakukan maksiat. Orang yang memiliki rasa malu akan malu jika tidak menjalankan perintah Allah dan malu jika melanggar aturan Allah.
Semoga tulisan singkat ini menjadi pengingat dan motivasi untuk kita para wanita muslimah. Semoga Allah Ta’ala mengistiqomahkan kita dengan hijab syar’I dan senantiasa menjadikan rasa malu sebagai sebaik-sebaik perhiasan untuk kita.
Penulis: Nita
Editor: Rezki Novela
Tinggalkan Balasan