Valentine Day: Kemungkaran Berkedok Kasih Sayang

Perayaan valentine baru-baru saja terjadi, perasaan tersebut jatuh pada tanggal 14 Februari, mulai dari abad terdahulu bahkan sampai pada abad yang sekarang ini.

Valentine day, seakan-akan ia menjadi perayaan universal, perayaan yang diartikan sebagai “Hari Kasih Sayang”, tentu kebanyakan orang tidak akan melewati hari perayaan tersebut, yang sangat disayangkan banyak pemuda muslim yang ikut ikutan memeriahkan hari tersebut, hari tersebarnya kemungkaran yang dibungkus indah mengatasnamakan Hari Kasih Sayang.

Tahukah kita, sejarah dibalik Valentine day?!

Dikutip dari laman “https://fis.uii.ac.id” menyatakan bahwa ada beberapa versi sejarah dari valentine day itu sendiri. The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentines Day:

Some trace it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is a time for lovers?

Menurut enksiklopedia tersebut, beberapa sumber sejarah menyebutkan perayaan valentine day berasal dari perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love), Juno Februata.

Pada hari ini, para pemuda mengundi nama nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Glasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian, tidak pernah ada penjelasan siapa St. Valentine itu, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.

Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada yang telah menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).

Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Prancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia, 1998).

Valentine berasal dari bahasa Latin yang berarti: Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhan orang Romawi.

Lihatlah, valentine day bukan termasuk bagian dari agama dan budaya kita, adapun karena ketidaktahuan kita terhadap agama hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengetahui asal mulanya, bahkan tanpa kita sadari, kita telah ikut dalam menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shalallahu alayhi wasallam;

Artinya: “Sungguh kalian pasti akan mengikuti jejak-jejak/cara-cara orang sebelummu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalaupun mereka masuk kedalam lubang biawak pasti kalian mengikutinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Melihat fenomena ummat Islam sekarang, mereka menjadi ummat taqlid (ummat yang ikut-ikutan) dalam hal pemikiran dan ideologi.

Tak sedikit dari ummat Islam beranggapan jika kita tidak tahu pola pikir materialis kita tidak dikatakan keren, kita tidak dikatakan keren jikalau kita tidak tahu pola pikir liberal. Seperti halnya, mereka hanya melihat teksnya tapi tidak dengan konteksnya.

Sesungguhnya inilah serangan halus musuh-musuh Islam, jangan termakan bujuk rayuan mereka dalam mempropagandakan kemungkaran. Sebab, tujuan utama mereka adalah memurtadkan kaum muslimin dari agamanya, atau paling tidak membuat mereka jauh dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah).

Adapun, jika generasi muda muslim telah rusak, maka agama (Islam) ini akan mudah dihancurkan. Maka, mari kawan kuatkan diri kita dengan ilmu dan keimanan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَـيْسَ لَـكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗ اِنَّ السَّمْعَ وَا لْبَصَرَ وَا لْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰٓئِكَ كَا نَ عَنْهُ مَسْئُوْلًا

Terjemahnya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: Ayat 36)

Sebaik-baik cinta adalah cinta yang halal, adapun untuk pembuktiannya tidak harus menunggu hari valentine saja. Cinta bisa dibuktikan dengan perlakuan baik kepada orang yang terkasih entah itu orang tua kita, adik kita, pasangan halal kita, dan tentunya yang lebih utama mendoakannya adalah ungkapan cinta yang sebenarnya.

Penulis: Hanifah Annisa
Editor: Admin IPMI Media


Diterbitkan

dalam

,

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *