Penyerangan yang dilakukan oleh zionis Israel kepada Palestina per tanggal 7 Oktober 2023 lalu hingga saat ini belum menemui titik akhir. Rentetan penindasan yang terjadi terutama di Jalur Gaza membuat daftar panjang kedzaliman yang telah menelan ribuan korban jiwa. Termasuk di dalamnya tenaga medis, jurnalis, aktivis, warga sipil, perempuan hingga anak-anak. Sebuah Kejahatan luar biasa yang mengusik nurani dan mencederai nilai-nilai kemanusiaan.
Hal ini memantik respon dari berbagai negara yang tergabung dalam organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mereka yang pro Palestina mengupayakan persetujuan resolusi gencatan senjata di dalam sidang majelis umum PBB yang akhirnya diamini oleh ketua sidang majelis, meski melalui banyak protes keras, salah satunya datang dari Duta Besar zionis Israel, “Hari ini adalah hari yang akan dianggap sebagai keburukan. Kita semua telah menyaksikan bahwa PBB tidak lagi memiliki legitimasi atau relevansi sedikit pun” ucap Gilad Erdan dalam forum PBB.
Lolosnya resolusi gencatan senjata rupanya tidak lantas menghentikan serangan, mengutip laman narasi.tv pengeboman kembali dilancarkan Rabu (1/11/2023), ironisnya kamp pengungsian warga sipil terbesar di jalur Gaza juga menjadi sasaran, bahkan ibu hamil dikonfirmasi menjadi korban dalam kejahatan tersebut. Hingga hari ini jumlah warga Palestina yang syahid mencapai sedikitnya 9000 jiwa.
Sementara itu, menilik perkembangan di media sosial dukungan terhadap Palestina masih terus disuarakan, belakangan ramai penggunaan emoji semangka sebagai simbol solidaritas untuk Palestina. Dalam teori semiotika yang merupakan bagian dari ilmu komunikasi, dijelaskan bahwa selalu ada makna di balik tanda, tanda itu dapat berupa bunyi, kata-kata, dan juga simbol yang merepresentasikan perasaan, situasi, dan juga keadaan.
Lantas apa makna di balik simbol semangka tersebut?
Melihat unggahan tentang Palestina yang menggunakan simbol semangka dan tanpa dibarengi dengan informasi apa pun sebelumnya, hal yang pertama kali terbesit di kepala penulis adalah tentang adanya kesamaan dengan warna bendera Palestina; merah, hitam, hijau, dan putih. Lebih jauh, ternyata terdapat fakta menarik di balik simbol ikonik tersebut.
Sobat IPMI, buah semangka merupakan simbol yang merepresentasikan perlawanan rakyat Palestina yang mudah dikenali dan sarat akan penyampaian pesan. Dilansir dari aljazeera penggunaan simbol semangka yang menyerupai warna bendera Palestina ini pertama kali digunakan sesaat setelah terjadinya perang 6 (enam) hari pada tahun 1967 tatkala zionis mulai menguasai Tepi Barat dan jalur Gaza. Kemudian diikuti dengan adanya larangan pengibaran bendera Palestina oleh otoritas zionis. Penggunaan bendera di depan umum dianggap sebagai bentuk pelanggaran.
Salah seorang seniman ternama Palestina, Sliman Mansour menceritakan kisahnya ketika di masa-masa pelik tersebut ia dan rekan senimannya mendapatkan intervensi oleh tentara zionis, mereka dilarang membuat karya yang mengandung unsur politik, bahkan pameran 79 galeri ditutup, lukisan-lukisan Mansour yang berada di galeri Ramallah ikut disita. Tentara zionis berkata “Bahkan jika kamu hanya menggambar semangka, itu akan disita” demikian dikutip dari unggahan video reels akun @gen.saladin, Jum’at (3/11/2023).
Larangan pengibaran bendera kemudian dicabut dalam Perjanjian Oslo (Oslo Accords) tahun 1993 yang mensyaratkan pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (Palestinian Liberation Organization).
Selain itu, buah semangka juga menjadi komoditas utama yang tumbuh di seluruh bagian Palestina, dengan kondisi iklim yang mendukung dari Jenin hingga Gaza. Buah yang telah menjadi bagian dari perjuangan Palestina dalam beberapa dekade terakhir. Selain semangka, jeruk juga diasosiasikan dengan identitas nasional Palestina.
Hingga hari ini simbol semangka tersebut telah banyak digunakan melalui grafiti, karya seni, poster, terutama di media sosial. Simbol ini juga digunakan untuk menghindari shadowban, mengingat banyak akun-akun telah dibatasi pergerakannya oleh pihak platform media sosial, karena sangat vocal menyuarakan perjuangan Palestina yang dianggap sebagai aktivitas yang melanggar pedoman komunitas.
*disadur dari berbagai sumber
Penulis: Rezky Hidayanti
(Ketua Infokom IPMI Pusat Prd. 2022/2024)
Editor: Admin IPMI Media
Suarakan dukunganmu untuk Palestina melalui media dengan mengirimkan karya ke tim redaksi IPMI Media. Naskah dapat berupa artikel, opini, berita, puisi, dan jenis karya tulis lainnya yang bermanfaat.
Kontak Redaksi: 0821-9230-1656
Email: redaksiipmimedia@gmail.com
“Setiap karya akan sangat berarti dalam perjuangan dan setiap kebaikan akan mendapat balasan” Semoga Allah mudahkan.
Tinggalkan Balasan